Kesantunan berbahasa merupakan cara
berkomunikasi dengan memperhatikan kaida-kaidah berbicara. Kaidah-kaidah yang
dimaksud adalah kesopanan, kelembutan dan kehalusan yang mengandung nilai dan rasa
hormat
ketika berbahasa atau berbicara
baik
melalui lisan maupun tulisan. Orang yang bahasanya lembut, halus dan ramah akan
dipandang memiliki sikap sopan santun
dan dianggap memiliki kepribadian yang baik.
![]() |
Kesantunan Berbahasa |
Beda halnya dengan orang yang sering mengeluarkan kata-kata kasar, memotong pembicaraan orang lain, mencelah pembicaraan orang lain akan dianggap tidak memiliki etika sopan santun dan dianggap memiliki kepribadian yang kurang baik. Maka dari itu kesantunan berbahasa sangatlah penting dalam kehidupan setiap orang karena dari cara kita berbahsa akan menjadi penilaian orang lain terhadap diri kita.
Baca juga : Berbahasa santun dalam situasi resmi
A. Penyebab Menurunnya Kesantunan
berbahasa
Menurunnya
kesantunan berbahasa diakibatkan
beberapa faktor, yaitu:
1.
Kurangnya
didikan dari orang tua
2.
Kurang
menghargai budaya (khususnya budaya sopan santun)
3.
Pengaru
lingkungan
4.
Pergaulan
yang kurang tepat
5.
Dipengaruhi
perkembangan zaman
Dari berbagai lingkungan sangat diperlukan kesantunan berbahasa.
Baik dalam lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, lingkungan kerja,
lingkungan keluarga dan lingkungan manapun. Namun hal ini kadang diabaikaan, padahal berbahasa yang santun seharusnya
dilaksanakan setiap hari agar setiap
orang terbiasa menggunakan bahasa yang benar.
Dengan bahasa yang santun dan penggunaannya yang benar, maka dijamin dalam pergaulan dan lingkup
masyarakat akan timbul keharmonisan. Berbahasa dengan santun haruslah menjadi kebiasaan
setiap orang sejak kecil, anak harus dididik menggunakan bahasa
yang santun, agar suatu kelak dia
menjadi anak yang mempunyai etika yang baik dan menanamkan kesantunan berbahasa. Oleh karena itu, menciptakan generasi yang
berkarakter harus dimulai ketika anak
mengenal bahasa .
B. Prinsip Kesantunan Berbahasa
1.
Prinsip Kebijaksanaan
Pada prinsip
ini penutur diharapkan bijaksana dalam bertutur. Maksudnya adalah penutur
dituntut untuk mengurangi keuntungan dirinya sendiri melainkan lebih menguntungkan orang lain
dalam hal bertutur
Contoh
Doni : “Kak, di meja ada makanan,
silahkan dimakan! Tadi saya suda makan duluan.”
Vira : “ Loh, kok cuma kakak? Ayo
kita makan sama-sama” !
Pada tuturan di
atas, sangat jelas bahwa tuturan Doni lebih menguntungkan kakaknya si Vira
daripada dirinya sendiri padahal Doni sebenarnya belum Makan karena persediaan
makanan terbatas.
2.
Prinsip Kedermawanan
Prinsip ini penutur diharapkan bisa menghormati orang
lain atau lawan tuturnya
Contoh
Intan : “Mari saya bersikan kamar kamu. Kebetulan aku sudah nggak sibuk”.
Herlin : tidak usah, tan. Nanti aku
aja, aku juga nggak sibuk kok”.
Dari tuturan di
atas, dapat dilihat jelas bahwa Intan membuat orang lain lebih untung daripada
dirinya sendiri dengan cara menambah beban bagi dirinya sendiri dengan
menawarkan bantuan kepada Herlin.
3.
Prinsip penghargaan
Semakin
santunlah seorang penutur apabila saat bertutur , penutur memberikan
penghargaan kepada orang lain.
Contoh
Karyawan :
“Pak, saya suda selesai membuat bahan
presentasi besok”.
Bos : “O, ia. wah, materimu bagus
sekali”.
Pada tuturan si
Bos dinggap santun karena sangat menghargai buatan karyawannya dengan cara
memberikan pujian.
4. Prinsip Kesederhanaan
Semakin
santunlah sebuah bahasa apabila penutur bisa bersikap renda hati.sikap renda hati yang dimaksud adalah dengan mengurangi pujian terhadap dirinya
sendiri atau dengan kata lain tidak
memuji diri sendiri.
Contoh
Doni : “wah, baju kamu bagus
sekali. Di mana kamu membelinya”?
Anto : “Ah, biasa saja kok, saya
membelinya di toko dekat sini”.
Baca juga: Kesantunan berbahasa lainnya
Pada tuturan di
atas, dianggap santun karena si Anto tidak menjawab : “ya, tentu saja. Sayakan memang
pandai memilih baju.’’ Si anto tidak memuji dirinya sendiri melainkan
bersikap renda hati.
5. Prinsip Kecocokan
Pada prinsip
ini Para penutur diupayakan bisa menciptakan kecocokan dalam bertutur agar
tidak terjadi pertentangan.
Contoh
Andre : “Ruangan ini
kelihatan kotor, ya.”
Irvan : “Ia, benar.
Saya cari sapu dulu ya.”
Percakapan di atas, dianggap santun karena terjadi kecocokan antara pendapat Andre dan Irvan bahwa ruangan tersebut kotor. Irvan mengiyakan pernyataan Andre bahwa ruangan kotor lalu mencari sapu untuk dibersihkan
6. Prinsip Simpati
Yang diharapkan
dalam prinsip ini ialah penutur dapat memaksimalkan sikap simpati dengan lawan
tuturnya.
Contoh
Intan : “kak, aku dipanggil
interviu besok di perusahaan tempat aku melamar.”
Mira : “ wah, selamat ya, dek.
Semoga kamu sukses.”
Dari percakapan
di atas, dianggap santun karena nampak sikap simpati atau turut bahagia atas
tuturan adeknya dengan mengucapkan selamat kepadanya.
Dari penjelasan diatas dapat dimpulkan bahwa santunnya bahasa dinilai
dari kesopanan, kehalusan dalam bertutur,
bersikap renda hati, tidak menguntungkan diri sendiri dan memiliki sikap
simpati terhadap lawan tutur kita. Sopan santun dalam berbahasa
sangat dibutuhkan, karena ketidak santunan dapat menyebabkan kekerasan ataupun pertengkaran dan menyebabkan orang tersinggung.
Demikian tentang kesantunan berbahasa semoga bisa membantu anda dalam
memaksimalkan sikap sonpan santun anda dalam bertutur. Terima kasih
Ada
pertanyaan? Silahkan tulis di bawah kolom komentar!
.
0 Response to "Kesantunan Berbahasa dan Prinsip-prinsipnya"
Post a Comment